Berburu Hamparan Embun Es di Gunung Bromo
BERITABARU214 - Fenomena tahunan di Gunung Bromo, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, yaitu embun es atau bun upas (frost) yang menyerupai salju dapat dinikmati di beberapa titik. Bun Upas juga bisa dinikmati di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) lainnya.
Kondisi tahunan saat pergantian musim hujan ke musim kemarau, membuat perubahan suhu yang drastis. Sehingga embun yang turun di alam Bromo mengkristal yang disebut bun upas oleh warga sekitar Bromo. Fenomena embun es yang mirip salju ini sangat diburu oleh wisatawan yang berkunjung ke Bromo.
"Fenomena frost atau embun upas sudah dilaporkan teman-teman di lapangan. Di daerah Cemoro Lawang dan Penanjakan dilaporkan sudah ada fenomena tersebut. Untuk kawasan Bromo, embun yang mengkristal akibat suhu yang sangat dingin itu terjadi di dataran landai, seperti di Lautan Pasir, Pasir Berbisik dan bukit Savana. Di titik-titik tersebut para wisatawan dapat menikmatinya dengan leluasa embun upas tereebut," kata Syarif Hidayat, Kepala Sub Bagian Data Evaluasi Pelaporan dan Humas TNBTS, Rabu, 26 Juni 2019.
Selain kawasan Bromo, bun upas juga dapat dinikmati di kawasan Gunung Semeru Lumajang, Jawa Timur. Ia menjelaskan embun es pertama kali muncul di Ranu Pane pada 16 Juni lalu. Suhu di kawasan tersebut mencapai rata-rata 2 hingga 8 derajat Celsius.
Titik-Titik Embun Es di Wilayah Bromo
Selain Ranu Pane, bun upas juga terdapat di Kalimati dan Ranu Kumbolo. "Butiran es tipis juga tampak di permukaan tenda para pendaki. Bahkan di Puncak Semeru pernah terjadi lapisan es," jelasnya.
Frost di kawasan penanjakan terdeteksi pada 18 Juni dengan suhu mencapai 5 hingga 10 derajat Celsius. Di daerah Cemoro Lawang dan Lautan Pasir pada 17 Juni suhu di kawasan tersebut berkisar 10 hingga 12 derajat Celsius pada siang hari. Jika malam hari suhunya menyentuh 0 derajat Celsius.
Fenomena itu terjadi karena suhu yang turun drastis. Biasanya embun es terjadi antara pukul 01.00 WIB hingga 05.00 WIB, pagi hari. Penurunan suhu tersebut terjadi karena tekanan angin yang cukup tinggi, kerap terjadi pada bulan Juni hingga Agustus. Puncaknya sekitar awal dan pertengahan Juli.
"Pertanian warga sampai terkena es juga. Maka dapat dipastikan tanaman warga akan mati. Tahun lalu, terjadi di Argosari, Ngadisari, dan Ranu Pane," ungkap Ariyanto, petugas Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) TNBTS.
0 Comments:
Posting Komentar