
BERITABARU214 - Kementerian Perhubungan melontarkan wacana mengenai transportasi gabungan antara bus rapid transit (BRT) dengan light rapid transit (LRT) yang dinamai O-Bahn.
Karena masih wacana, Kementerian Perhubungan pun belum menentukan akan menerapkan transportasi baru ini di kota mana saja. Apakah DKI Jakarta membutuhkannya?
Direktur Jenderal (Dirjen) Perhubungan Darat Budi Setiyadi mengatakan pihaknya harua mengkaji terlebih dahulu untuk menentukan kota mana saja yang akan diterapkan O-Bahn.
"Kita butuh kajian saya kira ya," kata Budi saat acara ngobrol seru transportasi O-Bahn di Jakarta, Minggu (23/6/2019).
Jakarta sendiri sampai saat ini sudah memiliki segudang fasilitas transportasi umum yang bisa dinikmati masyarakat. Mulai dari Bus Transjakarta, Kereta Commuter Line (KRL Jabodetabek), MRT, hingga LRT.
Oleh karena itu, dirinya pun harus mengkaji terlebih dahulu mengenai DKI Jakarta masih membutuhkan O-Bahn atau tidak.
Pasalnya, lanjut Budi, pengoperasian O-Bahn di negara-negara seperti Australia ditujukan kepada daerah yang selama ini tidak terakomodasi oleh transportasi berbasis rel.
"Apakah O-Bahn juga masih dibutuhkan? Terutama yang tadi dari Ciledug dan sebagainya nanti kita juga lihat kajian lebih lanjut. Kita akan menunggu kajian lebih lanjut masalah O-Bahn," ujar dia.
Sementara itu, Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) mendukung wacana pemerintah ini.
"Bahwa kalau dari MTI sangat positif," kata Ketua MTI bidang Advokasi, Edukasi, Hukum dan Regulasi MTI Pusat Suharto Majid.
Suharto mengungkapkan, ada tiga hal yang perlu direalisasikan terlebih dahulu oleh pemerintah maupun masyarakat sebelum menerapkan O-Bahn.
Pertama, pemerintah harus membangun smart city terlebih dahulu. Kedua smart mobility. Ketiga smart people.
"Kalau tidak bergerak bersama maka akan sulit berjalan. Masyarakat kita masih sulit tidak menyetop bus di jalan. jadi kita ingin membuat kota yang modern dan efisien, serta efektif," ungkap dia.
0 Comments:
Posting Komentar