:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2852772/original/032294900_1563090156-Gerbang_Pendakian_Gunung_Lawu.jpg)
BERITABARU214 - Biasanya pintu jalur pendakian Gunung Lawu ada tiga, yaitu Candi Cetho di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Cemoro Kandang dan Cemoro Sewu, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Kini pendaki mempunai pilihan satu lagi yaitu via jalur klasik Singolangu. Bagaimana jalurnya?
Walau jalur tersebut baru dibuka secara resmi dua bulan lalu, namun telah dilewati ribuan pendaki. Sejatinya, jalur tersebut merupakan jalur klasik yang dijadikan para spiritual pendaki pada era 1980-an.
"Sebenarnya jalur spiritual. Sudah dari 30-an tahun lalu. Ya sekitar tahun 1980-an sudah dibuka," kata Ketua Sanggar Margolawu pengelola jalur klasik Singolangu , Krisna Bayu, Minggu (14/7/2019).
Ia menyebutkan bahwa, jalur Singolangu mempunyai keunggulan tersendiri, terutama bagi penyuka sejarah. Keunggulannya sepanjang jalur tersebut terdapat prasasti peninggalan Prabu Brawijaya. Sehingga, pendaki Gunung Lawu bisa sekaligus untuk napak tilas peninggalan Prabu Brawijaya.
Krisna menccontohkan, di pos penjagaan atau pos 1 terdapat batu yang berdasarkan sejarah pernah digunakan sembahyang Prabu Brawijaya. Pendaki juga dapat menemukan prasasti batu lapak yang dipercaya sebagai bekas tapak kuda Prabu Brawijaya.
Ia menambahkan dalam perjalanan jalur tersebut pendaki dapat menemukan Cemoro Lawang yang dipercaya sebagai tempat berkumpulnya Prabu Brawijaya bersama patihnya.
Menariknya, pendaki bakal melewati kobongan menyan. Berdasarkan kepercayaan seluruh pendaki yang melewati tempat tersebut harus membakar kemenyan.
"Membakar menyan di Cemoro Lawu. Gunanya untuk penunggu. Jika tidak membawa kemenyan boleh meninggalkan bekal. Pokoknya meninggalkan sesuatu. Jika tidak biasanya nanti bingung atau tidak bisa kembali," lanjut Krisna.
Menurutnya, selama ini belum ada yang sampai menghilang. Karena sebelum naik, petugas sudah mewanti-wanti pendaki Gunung Lawu.
0 Comments:
Posting Komentar