
BERITABARU214 - Borobudur Writers & Cultural Festival (BWCF) 2019 kembali digelar 21-23 November 2019. Salah satu rangkaian kegiatan BWCF dilangsungkan di Gereja Ayam Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah yakni seni pertunjukan.
Dalam BWCF 2019 ini mengangkat tema Tuhan dan Alam. Adapun kegiatan dilaksanakan di Jogja dan Borobudur, Magelang. Kemudian, untuk BWCF tahun ini bertepatan dengan Sewindu BWCF, mengenang Zoetmulder.

Salah satu kurator BWCF, Romo Mudji Sutrisno mengatakan, sekarang sewindu BWCF, visi awalnya untuk memberikan nilai kebudayaan dari Borobudur bukan pariwisata. Untuk itu, sejak awal sampai sekarang tahun kedelapan dengan memberinya dengan manuskrip, mengolah dari khazanah-khazanah yang ada di nusantara.
"Misalnya tahun lalu membaca Gandawyuha. Itu adalah jalan bakti, jalan dharma sampai pada pemberian diri pada semua orang yang itu ada dalam relief Borobudur. Tahun ini, kita memperingati sekaligus Romo Zoetmulder untuk menunjukkan bahwa ini lho Indonesia dibangun kemodernan dibangun dari seluruh religiusitas dari seluruh khazanah nusantara yang paling dalam, manuskrip dan teks-teks kuno itu sendiri," ungkap Romo Mudji.
"Jadi, zaman diteliti oleh Zoetmulder itu sebagai wiku itu. Kita sudah tahu sekali bahwa Indonesia ini pada eranya sudah dibuat dalam pencarian untuk menjadi bangsa ini, kekuatannya ada pada religiusitas, pada keimanan yang didalami itu sendiri dan ini musti dibuat dengan lengkap sekali," katanya belum lama ini.
Dalam BWCF acaranya antara lain simposium, ceramah, workshop dan pertunjukan/malam sastra. Untuk Seni Pertunjukan berlangsung di Rumah Doa Bukit Rhema atau yang dikenal dengan Gereja Ayam. Dengan memanfaatkan ruangan yang ada di Gereja Ayam tersebut dijadikan sebuah ruang pertunjukan. Untuk Seni Pertunjukan dibacakan sajak dan puisi antara lain oleh Abdul Hadi, D Zawawi Imron, Nirwan Dewanto dan Godi Suwarna.

Untuk Abdul Hadi, ia membacakan tiga sajak yakni berjudul Tuhan Begitu Dekat, Timur dan Barat serta Meditasi. Ia berharap, pada generasi milenial ini juga mempelajari manuskrip-manuskrip Jawa yang ada. Bahkan, ia menyarankan untuk dibuat digital.
"Ya dipelajari, dibikin digital," kata kepada wartawan usai membaca sajak.
0 Comments:
Posting Komentar