BERITABARU214 - Ketika Joko Widodo memilih KH Ma'ruf Amin jadi calon wakilnya di Pilpres 2019. Pameo atau ungkapan ini ramai muncul di media sosial, bunyinya: calon yang didukung NU selalu kalah.
Pameo ini bersumber dari fakta bahwa banyak tokoh NU selalu gagal bila ikut kontenstasi politik. Sosok KH Abdurrahman Wahid atawa Gusdur adalah pengecualian meski dia sendiri bisa dibilang gagal karena menjadi presiden tak sampai dua tahun.
Setelah era Gus Dur, praktis hanya Hamzah Haz, tokoh NU berikutnya yang berhasil masuk ke istana ketika terpilih sebagai Wakil Presiden mendampingi Megawati yang menggantikan Gusdur di tengah jalan.
Tapi ketika nyapres sendiri pada pemilu 2004, Hamzah yang menggandeng Agum Gumelar juga gagal. Kegagalan itu diikuti tokoh NU lain pada Pemilu 2009, ada KH Solahuddin Wahid, adik Gus Dur, yang digandeng Wiranto dan KH Hasyim Muzadi, Ketua PBNU, yang digandeng Megawati.
Gagalnya tokoh-tokoh NU inilah yang mendasari munculnya pameo itu: calon yang didukung NU pasti kalah.
Pameo itu semakin kuat, karena kegagalan tokoh NU merambah ke pemilihan kepada daerah.
Contoh paling anyar dialami Syaifullah Yusuf yang pernah jadi Ketua Umum GP Ansor. Ia gagal di Pilgub Jatim yang dimenangkan Khofifah, meski didukung mayoritas kiai-kiai NU. Maka pencalonan Ma'ruf Amin pun tak lepas dari bayang-bayang kekalahan itu.
Tapi kini pameo itu tak relevan lagi didengungkan.Sebab, Ma'ruf Amin hampir pasti melenggang ke istana sebagai wakil presiden. Meski Real count KPU hingga kini masih 70 persen, tapi selisih 13 juta antara perolehan suara pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin atas lawannya Prabowo-Sandi sulit dikejar.
0 Comments:
Posting Komentar