
BERITABARU214 - Mantan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Said Didu mengungkapkan, ada sejumlah skema pembiayaan untuk membangun ibu kota baru. Dari sejumlah skema, kata dia, yang paling mungkin ialah tukar guling aset atau ruislag.
\"Kalau saya lihat, dengan proposal yang dibikin kelihatannya yang keempat (ruislag),\" kata dia kepada detikFinance, Rabu (28/8/2019).
Tukar guling aset sendiri, jelas Said, berarti melepas aset milik pemerintah pusat di Jakarta ke swasta. Lalu, swasta menggantinya dengan aset lain di ibu kota baru.
\"Dikasih swasta, dijual swasta, swasta membangunkan ganti itu,\" ujarnya.
Menurutnya, ada risiko menggunakan skema ini. Sebutnya, terkait aset itu sendiri lantaran aset pemerintah di Jakarta merupakan aset bersejarah. Kemudian, ada risiko dalam pelaksanaannya.
Terlebih, hanya sedikit orang atau grup pengembang yang punya dana besar. Biaya pemindahan ibu kota sendiri mencapai Rp 466 triliun.
\"Itu titik rawannya, kan ada dua tempat. Satu, proses ruislag yang ada di sini, aset yang ada. Kedua proses proyeknya, karena proyeknya dikerjakan sendiri, nggak lewat lelang,\" jelasnya.
\"Dan yang kemungkinan besar terjadi, karena yang punya uang triliunan rupiah kita tahu semua, tidak banyak orang. Bisnis properti kan hanya 5 group, Podomoro, Ciputra, Lippo, Sinarmas. Kan hanya itu 4 itu yang besar properti triliunan,\" tambahnya.
Jika itu terjadi, dia bilang, aset bersejarah di Jakarta akan dikuasai para konglomerat.
\"Kalau itu terjadi maka ya, di antara mereka itu yang akan mengambilalih semua aset negara yang bersejarah itu,\" tutup Said.
0 Comments:
Posting Komentar