Hampir 20 Tahun Mati Suri, Maskapai Ini Mengudara Kembali
BERITABARU214 - Maskapai ini mengudara kembali setelah mati suri hampir 20 tahun. Adalah Uganda Airlines yang sekali lagi naik ke langit di atas Afrika.
Dilansir CNN, Kamis (29/8/2019), maskapai itu memulihkan statusnya sebagai maskapai nasional Uganda. Layanan komersial diluncurkan kembali pada hari Selasa (27/8) lalu.
Penerbangan yang perdana lagi itu dari Entebbe ke tetangganya Nairobi, Kenya. Maskapai berharap peluncuran ini dapat menjadi era baru yang menguntungkan karena sebelumnya dililit hutang.
Uganda Airlines mengatakan punya armada Bombardier CRJ-900 bermesin ganda. Itu akan segera menghubungkan rute dengan berbagai tujuan termasuk Dar-es-Salaam di Tanzania, Mogadishu di Somalia dan Juba di Sudan Selatan.
Kata Jennifer Bamuturaki, Direktur Pemasaran dan Urusan Publik Uganda Airlines layanan terbaru akan mengakomodir lebih banyak penumpang. Layanan akan bertambah ke Republik Demokratik Kongo, Ethiopia, Rwanda, Zimbabwe, Ghana, Afrika Selatan, dan Rwanda mulai September.
Maskapai ini awalnya dijadwalkan melanjutkan operasinya pada bulan Juli lalu. Tapi Uganda Airlines harus mendapatkan sertifikasi yang membuktikan bahwa awaknya dapat terbang dengan aman ke seluruh dunia.
Menghidupkan kembali Uganda Airlines juga menghidupkan kembali perekonomian. Maskapai itu didirikan oleh diktator Idi Amin pada tahun 1977 tetapi dilarang terbang pada tahun 2001 karena kesulitan keuangan.
Lalu, perusahaan diarahkan untuk memanfaatkan peluang di sektor pertanian, mineral, pariwisata dan minyak dan gas. Hal itu dijelaskan oleh Menteri Ketenagakerjaan dan Transportasi Uganda Monica Ntege Azuba.
Dalam beberapa tahun terakhir, terlihat minat besar wisatawan internasional yang ingin berlibur ke Uganda. Mereka akan disuguhi taman nasional yang indah, resor pantai hingga aneka margasatwa langka seperti gorila gunung.
Meningkatnya lalu lintas penumpang di Bandara Internasional Entebbe negara itu akan berkontribusi pada perekonomian nasional, kata Vianney Luggya dari Otoritas Penerbangan Sipil Uganda. Ia mengatakan sudah ada sebanyak 1,85 juta penumpang tahunan Entebbe dan dapat naik menjadi 7 juta, jumlah yang dilayani oleh Bandara Internasional Jomo Kenyatta di Kenya.
\"Meningkatnya jumlah penumpang sebagian besar disebabkan adanya maskapai plat merah. Bandara Internasional Jomo Kenyatta mendapatkan banyak devisa dari penumpang yang transit,\" katanya.
Uganda Airlines terbang ke delapan tujuan dan memiliki armada sebanyak 15 pesawat pada saat penutupannya pada tahun 2001. Setelah lebih dari satu dekade kesulitan keuangan mengakibatkan pembekuan operasionalnya atau likuidasi.
Pada tahun yang sama, upaya untuk menghidupkan kembali maskapai milik pemerintah melalui inisiatif sektor swasta dibuat. Tetapi operasi itu tidak berlangsung lama karena modal yang terbatas.
Untuk bersaing dengan pemain-pemain besar regional seperti Ethiopia Airlines dan Kenya Airlines, Uganda Airlines yang baru diluncurkan menjalankan tarif promosi yang akan berjalan selama dua bulan.
Tiket pulang-pergi Nairobi dan Mombasa masing-masing seharga USD 278 atau Rp 3,9 juta dan USD 325 atau Rp 4,6 juta. Tiket PP ke Mogadishu, Somalia, dan Juba, Sudan Selatan, masing-masing berharga USD 590 atau Rp 8,4 juta dan USD 225 atu Rp 3,2 juta.
\"Penumpang memiliki pilihan untuk membayar harga tiket mereka dalam dolar AS atau shilling Uganda,\" kata Bamuturaki.
0 Comments:
Posting Komentar